Laman

Minggu, 06 Juli 2025

Sepenggal Kisah dalam Keramaian

Penulis: Haya Raihani Sholihah |

Perjalanan singkat ini menyimpan banyak makna kehidupan. Di tengah hiruk-pikuk keramaian, berbagai peristiwa terekam oleh mata, masing-masing mengajarkan pelajaran yang berbeda.

Langkahku menyusuri jalan, ditemani beragam objek yang menghiasi setiap sudut. Dari kejauhan, di bawah terik matahari yang menyengat, kulihat seorang ayah dan anak berdiri dengan peluh di wajah, menanti angkutan umum.

Kupikir kendaraan berikutnya akan berhenti untuk mereka. Namun ternyata, angkutan itu melaju begitu saja, meninggalkan keduanya dalam kelelahan dan harap yang tergantung.

Perasaan sedih mendadak menyergapku. Ada pilu dalam tatapan mereka yang kosong. Aku pun bertanya dalam hati, alasan apa yang membuat sopir itu tega melewatkan ayah dan anak yang telah lama menunggu di bawah sengatan mentari?

Tak lama, peristiwa lain dengan nuansa berbeda kembali mewarnai perjalananku. Seorang anak berkebutuhan khusus tampak bahagia saat membantuku melakukan tap kartu elektronik. Wajahnya berseri, meskipun ucapannya tak begitu jelas saat berbicara dengan salah satu penumpang.

Dalam hati, aku merasa haru. Seketika, rasa syukur memenuhi benakku. Ya, syukur—itulah kata yang terus terucap dalam diam, di tengah keramaian kota.

Hidup memang tak selamanya berjalan dalam zona nyaman. Akan ada masa ketika kita harus berhadapan dengan berbagai persoalan. Namun, bagaimana kita meresponsnya sangat bergantung pada cara kita menyikapi setiap ujian. Maka, rasa syukur adalah kunci. Ia perlu ditanam dalam hati agar kita mampu menjalani hidup dengan ikhlas, tanpa iri, tanpa dengki. ***

(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)