Laman

Senin, 08 September 2025

Masjid Ramah Anak Muda

Penulis : Enggal Nur Wahyudi |

Pada awal berdirinya, masjid sejatinya tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan salat semata, melainkan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam, seperti dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial. 


Namun demikian, meskipun masjid memiliki peran sentral sebagai tempat ibadah dan pusat aktivitas keagamaan, pada zaman sekarang dakwah yang diselenggarakan di masjid sering kali dirasa kurang menarik dan kurang relevan dengan kebutuhan serta minat generasi muda.

Menurut Mohammad Natsir, dalam upaya menyampaikan dakwah guna mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah Ta'ala, terdapat tiga pilar utama yang tidak bisa dipisahkan dari peran umat Islam, yakni masjid, kampus, dan pesantren. 

Dalam pandangan beliau, Masjid adalah tempat pembinaan pribadi dan jiwa seluruh elemen masyarakat. Baik intelektual, kaya, miskin, muda maupun tua.¹

Namun, salah satu problem keumatan saat ini adalah fenomena masjid yang sepi akan kehadiran pemuda. Contohnya, pada saat kegiatan kemakmuran masjid, yang dominan menghadiri kajian adalah orang tua. Begitu juga dengan kegiatan yang lain. Kebanyakan anak muda zaman sekarang, lebih suka untuk nongkrong di cafe daripada masjid.

Berdasarkan data yang dikutip dari situs resmi Dewan Masjid Indonesia (DMI), survei bertema "Masjid di Mata Generasi Milenial" yang dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersama Merial Institute pada 17–21 Juli 2018 menunjukkan rendahnya partisipasi pemuda muslim dalam kegiatan masjid. 

Survei ini melibatkan 888 responden berusia 16–30 tahun dari 12 kota besar di Indonesia termasuk juga Surabaya. Hasilnya, 66,4 persen responden mengaku tidak rutin datang ke masjid setiap hari untuk memakmurkan masjid, sementara hanya 33,6 persen lainnya mereka mengaku selalu mengikuti kegiatan kemakmuran yang ada di masjid.²

Apa sih kira-kira penyebabnya?

Menurut Fathurahman Kamal, penyebab masjid kurang menarik bagi generasi saat ini dikarenakan pengurus masjid tidak memperhatikan apa saja sebenarnya fungsi-fungsi masjid. Program yang menarik, bangunan yang futuristik juga harus diperhatikan. Masjid tidak hanya sebatas tempat ritual, maka perlu disediakannya fasilitas yang bisa digunakan untuk tempat nongkrong, diskusi, belajar, dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, salah satu fasilitas yang harus tersedia di masjid adalah kafe, tujuannya agar membuat pemuda nyaman untuk memakmurkan masjid. Mindset orang tua terhadap anak muda harus diubah. Orang tua, terlebih pengurus masjid, harus yakin bahwa anak-anak inilah yang nantinya akan menjagi generasi yang kuat akidahnya, dinamis hidupnya, dan memiliki pandangan yang futuristik. Jika pihak-pihak ini tidak berbenah, maka bisa saja akan ada jarak kesenjangan antara anak muda dan orang tua.

Oleh sebab itu, sebelum merancang suatu program kegiatan, pihak masjid perlu memahami secara mendalam apa yang dibutuhkan oleh objek dakwahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui survey, musyawarah, observasi lapangan, dan strategi komunikasi dakwah lainnya. 

Dengan strategi ini, masjid mampu membagi segmentasi berdasarkan dengan karakteristik masing-masing pemuda serta dapat memfasilitasi pengembangan minat dan bakat mereka. Pada akhirnya, terciptanya masjid yang ramah bagi generasi muda serta menjadikan mereka aktif dalam kegiatan kemakmuran masjid.

Masjid Better Youth yang Ramah Anak Muda

Masjid Better Youth Surabaya merupakan contoh masjid yang meracik strategi yang tepat dan berhasil menarik minat pemuda. Masjid ini hadir sebagai respon terhadap tantangan sosial yang dihadapi generasi muda, seperti pergaulan bebas dan degradasi moral. 

Dalam kegiatan salat berjamaah serta kemakmuran, Better Youth cenderung sepi akan partisipasi orang tua maupun lansia. Hal ini dikarenakan desain ekterior masjid yang mirip seperti kafe dan kurang terdengarnya suara adzan yang dapat menjangkau secara luas. Sehingga tidak banyak warga sekitar yang tahu jika ada masjid di lokasi tersebut. Serta, memang fokus utama masjid adalah pembinaan kepada pemuda.

Pada awalnya Masjid Better Youth merupakan sebuah yayasan bernama Better Youth Foundation (Yayasan Pemuda Baik), didirikan pada tahun 2018 oleh tiga orang founder. Salah satunya adalah Aditya Abdurrahman merupakan dosen di DKV UPN Veteran Jatim.⁴ 

Kemudian pada tahun 2023 dibangunlah sebuah masjd yang bernama Masjid Better Youth berlokasikan di Jl. Penjaringan Sari PS II No. D-25, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Masjid ini menyediakan fasilitas yang ramah pemuda seperti mini kafe, perpustakaan, dan ruang diskusi (Better Yout Space) yang biasanya digunakan oleh anak muda, kalangan mahasiswa atau masyarakat umum seperti tukang ojol untuk berdiskusi dan konsultasi.

Di sana juga terdapat program ekspedisi kebaikan berupa bantuan beras yatim. Biasanya rutin diadakan setiap satu bulan sekali di Panti Asuhan wilayah Surabaya.

Ada juga kajian seputar adab dan tema-tema terkait pemuda yang biasanya diselenggarakan tiap hari Sabtu malam ba'da Isya'. Dalam menunjang minta dan bakat pemuda, Masjid Better Youth juga menyediakan ekstakulikuler berupa panahan yang di sana lebih dikenal dengan Archery For Youth, dan tentunya masih banyak kegiatan lainnya di masjid Better Youth yang semuanya itu melibatkan pemuda untuk berperan aktif.⁵

Strategi Penyampaian Dakwah

Dalam menyampaikan pesan dakwah agar dapat diterima oleh kalangan pemuda, Masjid Better Youth secara cermat memperhatikan siapa audiens (mad'u) yang menjadi sasaran melalui survey dan musyawarah interal pengurus. Sebelum menyusun materi dakwah, mereka terlebih dahulu membagi segmentasi audiens ke dalam dua kelompok, yaitu:⁶

Segmen pemuda yang sudah baik, yaitu mereka yang rajin melaksanakan salat dan sudah dekat dengan masjid. Segmen pemuda yang belum baik, yaitu mereka yang belum rutin salat dan masih jauh dari kehidupan keislaman.

Pembagian segmentasi ini menjadi dasar dalam menentukan pendekatan dan strategi penyampaian pesan dakwah. Hal ini turut memengaruhi desain program masjid, karena konten dan strategi disesuaikan dengan karakteristik masing-masing kelompok pemuda.

(Penulis adalah alumni STID Mohammad Natsir Angkatan XV) 


Referensi:
¹ Haidi, A. (2019). Peran masjid dalam dakwah menurut pandangan Mohammad Natsir. Jurnal Bina Ummat STID Mohammad Natsir, 2(2), 46. https://doi.org/10.38214/jurnalbinaummatstidnatsir.v2i02.50
² Dewan Masjid Indonesia. (2018, Juli 27). DMI-Merial Institute: 66,4 persen pemuda tidak ke masjid setiap hari. https://dmi.or.id/dmi-merial-institute-664-persen-pemuda-tidak-ke-masjid-setiap-hari/
³ Muhammadiyah. (2025, April 19). Masjid, kafe, dan anak muda. Suara Muhammadiyah, Edisi 04 (16–28 Februari), 15. https://suaramuhammadiyah.id/read/masjid-kafe-dan-anak-muda
⁴ Aprilia, D. (2025, Juni 6). Better Youth wadahi pemuda kembangkan potensi agar tak terjebak gangster. Detik.com. https://www.detik.com/jatim/jatim-moncer/d-7111458/better-youth-wadahi-pemuda-kembangkan-potensi-agar-tak-terjebak-gangster
⁵ Wahyudi, E. N. (2024). Strategi komunikasi da'wah Masjid Better Youth Surabaya dalam menarik minat pemuda untuk memakmurkan masjid (Skripsi, STID Mohammad Natsir).
⁶ Ibid.