Jumat, 14 Agustus 2020

"Saya Terkonfirmasi Positif Covid 19 dan Sembuh"

Pengirim: Fajar Martiono (pasien positif covid 19 yang telah sembuh)

Sudah hampir 6 bulan pandemi covid 19  tampaknya belum memperlihatkan tanda-tanda akan usai di Indonesia. Virus yang muncul pada akhir 2019 di Wuhan, China ini telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang, dengan 130 ribu wafat.

Pemerintah Indonesia menetapkan covid-19 sebagai bencana non-alam berupa penyakit yang wajib ditanggulangi, seiring peningkatan kasusnya yang kian melesat dari hari ke hari.

Menurut WHO, sebagian besar (sekitar 80 persen) orang dengan covid-19 sembuh tanpa penanganan medis khusus. Biasanya, mereka adalah orang yang positif corona namun tidak menunjukkan gejala apapun.

Sebagai laporan dalam angka kasus covid19 di dunia :
✅ Terinfeksi 21.088.506
✅ Wafat 757.656
✅ Sembuh 13.941.358 
(Data diambil pada 14 Agustus 2020 dari CNN News)

Sedang kasus Covid19 di Indonesia :
✅ Terinfeksi 130.718
✅ Wafat 5.903
✅ Sembuh 85.798
(Data diambil pada 13 Agustus 2020 by dari TVRI)

Angka infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah. Kasusnya tak lagi hanya berpusat di Jakarta, namun sudah merambat ke hampir semua wilayah di Indonesia, salah satunya kota Surabaya yang sempat menjadi zona merah. 

Di Jakarta pun sudah melewati beberapa tahapan PSBB sampai ke PSBB transisi menuju pola gaya hidup "normal baru".
Bahkan wabah covid sudah membentuk cluster-cluster.

Lalu bagaimana cara kita membentengi diri darinya?

Saya sedikit sharing pengalaman saya karena ada beberapa teman-teman yang meminta saya menulis agar jadi hikmah dan pelajaran bagi yang lain.

Gowes

Baik, saya awali pada hari Ahad, tanggal 12 Juli 2020 saya gowes bersama teman-teman komunitas Gowes Tanah Baru. Buat saya pribadi ini rute cukup jauh karena saya termasuk new comer dan musiman dalam dunia pergowesan.

Hari itu hari Ahad selesai gowes sebelum zuhur, namun sorenya saya merasakan pusing dan badan meriang. Saya sempat memanggil tukang pijat. Jujur saya memang merasakan kelelahan.

Sejak Senen saya merasakan gejala demam, meriang, kepala pusing, badan menggigil bila terkena air dingin,  lidah terasa pahit, batuk tidak henti-hentinya, kadang sesak nafas, dan tidak ada nafsu makan. 

Selama 14 hari saya sakit hanya berobat jalan dengan berganti 4 dokter di lokasi praktek yang berbeda, namun saya tidak sembuh-sembuh.

Pada hari Kamis 23/7/2020 saya sempat masuk IGD sebuah rumah sakit. Namun saya terkendala untuk rawat inap dengan fasilitas BPJS karena harus meminta rujukan ke faskes rujukan. Saat itu petugas kesehatan men-chek kondisi saya belum darurat.  

Hari Sabtu pagi 25/7/2020 saya ke dokter faskes klinik.  Di sana, dokter memberikan rujukan ke dokter ahli paru. Saya cek ternyata jadwal dokter ahli paru baru ada hari Senen. Semntara dokternya lagi cuti sampai tanggal 30 Juli 2020.

Dirawat di Ruang Sterilisasi

Wah ini baru hari Sabtu. Masih lama, sementara saya sudah lemas, lunglai, dan batuk-batuk tak hentinya. Saya minta dibawa saja ke salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan. Di sana saya diterima di ruang IGD. Darah saya dicek dan dada saya dironsen. Saya dapat info ada infeksi di paru-paru saya.

Saat itu saya diistirahatkan di ruang isolasi, kemudian dokter menemui saya. "Karena saat ini lagi kondisi pandemi covid19, bapak harus dirawat di ruang sterilisasi selama 7 hari dan tidak boleh didampingi atau di jenguk. bagaimana, bapak setuju?" 

Saya tidak punya pilihan, maka saya terima saja.

Kegiatan di Rawat Inap

Selama 7 hari saya dirawat di ruang sterilisasi. Satu kamar hanya untuk satu orang. Selama dirawat, dokter dan susternya berpakian APD lengkap kayak Astronot. Tangan saya diinfus dan hidung saya dimasukan selang oksigen.

Empat kali sehari suster mengontrol saya dan kadang sama dokter jaga dan dokter penyakit dalam, cek tensi, cek infus dan ganti infus kalau habis (sepertinya sudah 6 botol habis), memberi obat dan memberi makan nasi kotak serta dokter tanya2 tentang bagaimana kondisi saya saat itu apakah ada keluhan?. 

Kondisi saat itu saya masih lemah, tidak ada nafsu makan bahkan shalat hanya duduk dan bertayamum. Sedihnya selama di rawat saya memang benar-benar tidak ada nafsu makan, Alhamdulillah ada buah anggur, korma, madu, susu beebrand, dan kue-kue buat mengganjal perut.

Dalam kondisi fisik saya yang lemah, meskipun saya di ruang sterisasi tetap masih bisa memantau sosmed n Wa Grup. Banyak sekali teman-teman yang japri menyampaikan doa-doa bahkan mengirim obat-obat herbal dan logistik makanan dan minuman. Inilah yang membuat imun saya kuat dan naik karena teman-teman selalu mensupport saya dengan doa dan motivasi, termasuk juga ada yang memberikan support dana buat biaya berobat.Indahnya Ukhuwah dan keberkahan berjama'ah.

Selama di rawat saya pun di kenalkan dengan dokter ahli paru yang tugas di wisma Atlet menangani pasien covid19 juga.

Beliau banyak memberikan masukan dan motivasi serta opsi-opsi pilihan bila harus di rawat di wisma atlet dan konsul dengan teman tenaga medis yang tugas di RSUI,  bahkan beliau (Dokter Paru) siap mengawal saya bila di rawat di wisma atlet dan menjamin hanya 1 pekan sudah bisa pulang...Masha Allah dokter ini baik sekali.

Pada hari ke 2 di rawat saya di *Swab Pertama* dan hari ke 3 saya di *Swab Kedua*. Kondisi saat ini memang masih drop.

Memang selain rapid test, terdapat tes *polymerase chain reaction (PCR)* dengan memeriksa spesimen dari swab tenggorokan dan ujung mulut. Metode ini dinilai lebih akurat meski butuh waktu lebih lama, yakni sekitar 3-4 hari. Ini yang dilakukan kepada saya.

Hari ke 5 saya di kabari suster. Bpk jangan kaget ya dengan hasil swabnya. Saya tanya bagaimana suster? Suster menjawab "Bapak hasilnya positif", artinya saya konfirm positif kena Covid19. Siapa yang tidak kaget mendengar kabar ini disaat itu juga ada kabar berita di TV seorang dokter muda ahli paru DR Andhika wafat karena covid19.

Dunia rasanya mau runtuh dan hati saya sempat tergoncang..istigfar selalu saya lantungkan, namun saya selalu teringat dengan doa teman-teman agar selalu semangat, positif thingking, karena kesehatan fisik sangat berpengaruh dengan kondisi mental.

Keluarga di rumah saya kabari dan kebetulan saya pak RT di lingkungan jadi saya sampaikan kepada Sekretaris RT tentang kondisi saya Positif Covid. Saya mau langsung izin leave dari grup RT (perumahan) agar saya bisa fokus pada kesehatan saya. Yang menjalankan kegiatan ke RTan Sekretaris saya dibantu Bendahara, mana saat itu lagi sibuk persiapan qurban 1441H.

Karena saya konfirm positif Covid maka keluarga saya di rumah pun harus di isolasi mandiri di rumah. Semua kebutuhan logistik makanan di supply dari warga. Alhamdulillah indahnya ukhuwah dan kebersamaan dalam bertetangga, saat ada warga yang lagi kesulitan atau mengalami ujian sakit apalagi pak RTnya saya sendiri warga mensupport keluarga di rumah.

Satu hal lagi saya belum menyampaikam kepada teman-teman bawah saya kena covid19, baru kepada keluarga. Tapi ada teman saya yang Psikolog menelpon saya saat sudah menjalani Karangtina Mandiri agar saya membuka diri dan menyampaikan ke teman tetang kondisi saya, saya di berikan masukan dan motivasi bahwa Covid19 ini bukanlah penyakit aib. Ini adalah pandemi yang sudah menyebar ke seluruh dunia. Hal ini agar teman tahu dan banyak yang mendoakan serta mensupportnya.

Kalau bicara data yang wafat covid19 bisa menimpa siapa saja, ada publik pigure, pejabat kepala daerah, Ustad bahkan dokter dan tenaga kesehatan banyak yang harus mengalami kematian.

Menjalani Isolasi Mandiri

Pada hari ke 6 saya tanya ke dokter apakah besok hari ke 7 saya sudah bisa pulang ? Dokter belum bisa menjawab katanya liat kondisi besok, namun malamnya suster saat kontrol ke kamar saya kasih bapak besok sudah bisa pulang tapi harus menjalani Karantina/Isolasi Mandiri (KM) dulu. KM kalau di rumah harus benar-benar terpisah dengan anggota keluarga, namun akhirnya saya memutuskan KM di luar dari rumah. 

Sabtu siang saya cek out dari rumah sakit tapi saya langsung karantina mandiri di salah satu penginapan.

Siapa saja yang wajib mengisolasi diri sesuai protokol Kemenkes?

1. Orang sakit (demam/batuk/pilek/nyeri tenggorokan/penyakit pernapasan) yang tidak memiliki risiko penyakit penyerta seperti diabetes. 

2. Orang dalam pemantauan (ODP) yang punya gejala demam/penyakit pernapasan dengan riwayat dari negara atau wilayah terjangkit corona. 

3. Orang tanpa gejala tapi pernah kontak erat dengan pasien COVID-19.

Apa yang harus dilakukan selama isolasi mandiri bila masih 1 rumah?

Isolasi mandiri dilakukan selama 14 hari, jaga kebersihan rumah. Kamar harus terpisah dari anggota keluarga lainnya

1. Amati perkembangan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas

2. Hindari pemakaian alat makan dan perlengkapan mandi secara bersama.

3. Bejermur dibawah sinar matahari pagi

4. Jaga jarak dengan anggota keluarga lain

5. Gunakan masker dan ukur suhu tubuh setiap hari

6. Hubungi layanan kesehatan jika kondisi memburuk

Jadi selama saya menjalani karantina mandiri karena saya benar-benar pisah dari rumah ya kegiatannya tetap merujuk pada protokol Kemenkes, cuma ditambah dengan kegiatan Taqarub Illah dengan banyak doa, zikir, doa matsurat dan tilawah disela2 waktu.

Kalau pagi jam 06.00-07.00 saya jalan santai cari keringat tidak jauh-jauh masih sekitar tempat KM, karena saya butuh oksigen yang masih bersih dan habis sarapan lanjut bejemur sinar matahari.

Kalau kegiatan malam banyak aktiftas santainya buat menghilangkan kejenuhan ya nonton TV atau mantau Smartphone membalas-balas WA.

Teman saya juga menitipakan doa yang selalu saya ucapkan selama sakit. Pertama,
faidza maridhtu, fahuwa yasyfin. Kedua, rabbi anni massaniyaddhurru wa anta arhamurraahimin

Selain itu, dawamkan selalu dzikir berikut ini:

1. Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syaiun fil ardhi walaa fissamaa i wahuwas sami'ul 'alim

2. Laa ilaaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadz dzaalimin. 

Juga doa ketika sakit: Bismillaah (3x). A'uudzu billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x) yang artinya "Dengan nama Allah Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya, dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan aku khawatirkan."

Doa ini dibaca ketika ada salah satu bagian tubuh kita yang sakit. Caranya, letakkan tangan kita di bagian tubuh yang sakit, pijat pelan-pelan, sambil membaca doa di atas.

Hadis tentang ini diriwayatkan oleh Utsman bin Abil 'Ash RA, bahwa beliau mengadu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena rasa sakit yang ada di badannya. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi nasihat kepadanya: "Letakkan tanganmu di bagian tubuh yang sakit, dan ucapkanlah doa di atas."

Selama dirawat ruang full AC jadi selama dirawat saya tidak kena sinar matahari, menurut saya juga kurang sehat.

Jadi selama KM saya mengalami kondisi yang lebih baik, nafsu makan membaik, tidak demam dan batuk berkurang, dan kena sinar matahari.

Dari Mana Masuknya Virus Corona?

Saya termasuk yang cukup disiplin terhadap protokol covid19, jarang keluar rumah kecuali ada yang penting harus keluar, selalu memakai masker, menjaga jarak dan rajin cuci tangan.

Jadi kalau ditanya saya tertular dimana saya tidak bisa menjawabnya secara valid.

Asumsi saya habis gowes karena kelelahan sehingga imun saya menurun, saya tidak menyalahkan gowesnya karena gowes itu olah raga yang bisa bikin sehat cuma mungkin badan saya yang belum siap, padahal sebalum gowes kami ada pemanasan n peregangan.

Terus saya juga pernah naik kereta KRL tapi masih bukan jam sibuk dan di dalam kereta juga kan sistem duduknya berjarak, saya pernah ke mall saat mulai di buka karena ada sesuatu yang mau dibeli, dan karena saat itu musim qurban saya beberap kali ke kandang Sapi. Jadi saya tidak tahu  kena virus covid19nya dimana.

Bagaimana Gejalanya

Gejala corona, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), muncul 2-14 hari setelah tubuh terpapar virus. 

Biasanya ditandai dengan demam, batuk, sesak napas, nyeri di dada, dan bibir atau wajah kebiru-biruan. Bisa juga sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit perut, atau diare.

Yang saya alami selama 14 hari sakit berobat jalan memang mirip, awalnya saya kira saya kena Tipus atau DB tapi ternyata hasilnya negatif.

Tapi saat ini ada juga orang yang terkonfirmasi positif tanpa gejala, nampak kelihatan sehat-sehat saja begitu di Swab tes hasilnya positif.

Berikut cara agar terhindar dari Covid 19

1. Jaga kebersihan ; rajin cuci tangan, hindari menyentuh wajah

2. Pelihara daya tahan tubuh; jaga jarak dengan orang lain, konsumsi makanan yang bernutrisi, olah raga rutin dirumah, hindari merokok

3. Perhatikan jika ada gejala sakit ; gunakan masker, isolasi diri, cari bantuan medis

4. Rawat kesehatan mental ; kurangi konsumsi berita negatif, tetap semangat n positif thingking, ikhlas n ridho atas yang kita alami serasa perbanyak doa, zikir dan tilawah al Quran

Satu hal lagi saya mengkonsumsi suplemen Herbal saat sejak di rawat inap dan lanjut Karangtina Mandiri.

Untuk menghargai pemberian teman-teman, iya semua itu pemberian teman-teman yang simpati pada kondisi saya. Herbal yang saya konsumsi antar lain Biojanna, Probiotik, Biovid, lemonitas, Bio8, propolis, kurma madu Angkrak, jahe murni, Madu, Vitamin C, extra food, susu beebrand.

Disambil saya konsumsi obat yang harus saya habiskan sampai masa karantina, herbal-herbal diatas saya konsumsi dan Alhamdulillah kondisi imun saya semakin baik dan sudah hilang semua gejala2 covid19 dan keluhan2 lainnya, kecuali masih ada sisa batuk yang kadang2 muncul.

Buat kalian yang mengalami demam, batuk, dan kesulitan pernapasan baiknya mencari bantuan medis dan segera konsultasikan ke dokter.

Setelah saya usai menjalani Karantina Mandiri saya mendapat kabar baik dari RS Andhika tempat saya di rawat bahwa hasil Swab kedua NEGATIF, langsung saya sujud Syukur usai mendengar kabar baik ini ..

Karena sudah menjalani karantina mandiri tidak ada gejala atau keluhan menurut dokter ada revisi protocol covod19 Kemenkes itu sudah dianggap sembuh. Namun untuk lebih meyakinkan kembali  atas masukan teman, saya melakukan Swab Mandiri di RS Hermina,  setelah 3 hari menunggu Alhamdulillah hasilnya kembali negatif.

Inilah karunia Allah, saya telah melewati fase-fase kritis dan diakhiri dengan hasil yang sesuai harapan kembali pulih. Alhamdulillah.

Teman-teman terus jaga kesehatan, ya. Tetap di rumah dan jangan keluar bila tak ada keperluan mendesak, agar penyebaran coronavirus dapat segera ditekan. Ingat korona belum berakhir!

Keep Healthty Your Body!