Penulis: Fahdah Fauziah |
Pada umumnya anak adalah cerminan orang tuanya, sebagaimana pepatah mengatakan buah yang jatuh tak akan pernah jauh dari pohonnya.
Rasulullah saw. bersabda, "Setiap anak terlahir atas dasar fitrah. Lalu orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi," (Riwayat Muslim).
Dalam hadits di atas diungkapkan betapa besar peran orang tua terhadap anaknya. Betapa besar pengaruh orang tua terhadap karakter anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan hal terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu orang tua harus mendidik anaknya dengan sebaik mungkin.
Di era sekarang ini banyak anak yang masih sangat dini kecanduan dengan gadget, bahkan lebih pintar dari orang tuanya. Tentu ini menjadi PR setiap orang tua untuk masuk ke dalam dunia sang anak, memilih pendidikan dengan sebaik mungkin agar bisa meminimalisir penggunakan gadget tersebut.
Bahkan di beberapa sekolah, ketika anak ditanya apa cita-citanya kelak, kebanyakan mereka menjawab ingin menjadi polisi, pemain bola, dokter, pramugari, dan sedikit sekali yang menjawab ingin menjadi ustadz, ustadzah, atau guru mengaji. Ini dampak dari apa yang mereka lihat sehari-hari di gadget. Dalam bayangan merrka, polisi itu keren karena memegang pistol. Pramugari itu keren karena bisa terbang ke mana pun.
Padahal menjadi guru adalah hal yang mulia. Mereka bisa mengajari seseorang dan jika seseorang itu mengamalkannya, bahkan mengajarkannya kembali kepada orang lain, maka mereka akan mendapatkan pahalanya.
Bahkan kedua orang tua mereka juga mendapatkan pahala serupa karena telah mengajari anak-anaknya kebaikan. Nah, jika mengajar kepada satu orang saja sudah mendapat pahala demikian banyak, bagaimana jika kita mengajar satu kelas atau satu kampung? Masya Allah!
Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang shaleh."
Jadi, ajarkanlah anak-anakmu ilmu agama. Didiklah mereka dengan sebaik mungkin. Meskipun engkau merasakan lelahnya sekarang, namun kelak merekalah yang akan membahagiakanmu dengan segala ilmu yang pernah engkau ajarkan kepada mereka.
Jika pun tidak bahagia di dunia maka engkau dan anak-anakmu bisa berbahagia di surga. Itulah puncak kebahagiaan tertinggi.
Di sisi lain, mendidik anak dengan baik dan benar sama dengan mempersiapkan generasi yang unggul untuk masa depan, begitu pun sebaliknya.
So, be smart parent!
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)