"Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kamu berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau kamu membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu." (Ibnu Qayyim Al Jauziyyah).
Perkataan ini mengajarkan bahwa dunia tidak layak dijadikan tujuan utama. Semakin dikejar, dunia semakin menjauh. Namun, ketika seseorang menjalani hidup dengan niat yang lurus dan hati yang ikhlas, dunia akan datang dengan sendirinya sebagai pelengkap, bukan beban.
Harta, jabatan, dan ambisi sering membuat manusia lupa arah. Namun, ketika fokus berpindah kepada nilai-nilai yang lebih tinggi seperti ibadah, amal, dan keikhlasan, ketenangan justru mudah diraih. Dunia bukan untuk dikejar habis-habisan, melainkan cukup dijalani dengan seimbang dan penuh syukur.
Ketika seseorang mampu membelakangi dunia, bukan berarti berarti menolak hidup, melainkan menata niat dan orientasi hidup, maka justru dunia akan mengikuti. Dan, hati akan lebih tenang, hidup pun lebih bermakna. Ikhlas, syukur, dan kesederhanaan menjadi kunci agar dunia tidak menguasai hati. ***
Harta, jabatan, dan ambisi sering membuat manusia lupa arah. Namun, ketika fokus berpindah kepada nilai-nilai yang lebih tinggi seperti ibadah, amal, dan keikhlasan, ketenangan justru mudah diraih. Dunia bukan untuk dikejar habis-habisan, melainkan cukup dijalani dengan seimbang dan penuh syukur.
Ketika seseorang mampu membelakangi dunia, bukan berarti berarti menolak hidup, melainkan menata niat dan orientasi hidup, maka justru dunia akan mengikuti. Dan, hati akan lebih tenang, hidup pun lebih bermakna. Ikhlas, syukur, dan kesederhanaan menjadi kunci agar dunia tidak menguasai hati. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)