Kamis, 17 Juli 2025

Navigasi Informasi di Era Digital, Memahami Fakta dalam Geopolitik Dunia

Penulis: Wa Ode Rahma |

Derasnya arus informasi di era digital, khususnya terkait isu-isu geopolitik dunia, kerap membuat batas antara fakta dan hoaks menjadi kabur. Banyak informasi menyesatkan menghiasi algoritma media sosial kita, hingga tak jarang diterima sebagai "kebenaran alternatif". Hal ini menjadi tantangan serius, terutama bagi generasi muda yang sering mengonsumsi konten keliru dan terburu-buru dalam menyimpulkan.

Menanggapi situasi ini, empat kelas mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa KPI (HIMA KPI) menginisiasi sebuah seminar bertema “Navigasi Informasi di Era Digital”. Tujuannya adalah membekali generasi muda dengan kemampuan dasar dalam memilah informasi yang akurat, berdasarkan data dan fakta, serta menumbuhkan kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial.

Seminar ini digelar pada Senin, 14 Juli 2025, bertempat di Aula Masjid Al-Furqan, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Acara dimulai pukul 08.30 WIB, diawali dengan pembacaan tilawah Al-Qur’an oleh salah satu mahasiswi KPI, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.

Dalam sambutannya, Avid Sholihin, M.M., selaku keynote speaker, menegaskan pentingnya keterampilan navigasi informasi sebagai kemampuan esensial bagi generasi digital masa kini.

Sesuai dengan tema yang diangkat, panitia menghadirkan dua narasumber dari latar belakang berbeda. Narasumber pertama adalah Pizaro Gozali Idrus, Ph.D., seorang jurnalis senior yang telah meliput berbagai konflik bersenjata. Beliau juga dikenal sebagai Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute dan aktif di berbagai platform media. 

Dalam pemaparannya, Pizaro membuka diskusi dengan pertanyaan tajam: “Geopolitik dunia hari ini: Apa urusannya dengan kita, Gen Z?” Ia mengutip tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta, Soekarno, dan Mohammad Natsir mengenai konsep “Politik Bebas Aktif” Indonesia, dengan menekankan bahwa bebas aktif bukan berarti netral, karena netral bisa berarti apatis. Menurutnya, terdapat tiga dinamika utama dalam geopolitik saat ini: pergeseran poros kekuatan global, konflik berskala internasional, dan kerapuhan posisi dunia Islam.

Sesi berikutnya disampaikan oleh Fakhri Alqassam, seorang influencer dan konten kreator islami yang juga menjabat sebagai President of Islamic Youth. Ia membahas peran generasi Z dalam menavigasi informasi yang setiap harinya mereka konsumsi lewat media sosial. 

Fakhri menyoroti bagaimana propaganda dan manipulasi informasi mampu membalikkan persepsi publik, menjadikan pelaku kejahatan sebagai “pahlawan” dalam narasi yang dikendalikan. Ia mencontohkan bagaimana Israel membingkai aksi genosida sebagai bentuk bela diri yang sah, dan bagaimana dunia—dengan narasi yang dikonstruksi—seolah menyetujui tindakan tersebut.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung hangat dan penuh wawasan. Para peserta aktif berdiskusi dan menggali lebih dalam mengenai cara menerapkan navigasi informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah seminar berakhir, para peserta dan narasumber berfoto bersama sebagai dokumentasi kegiatan. Acara berjalan dengan lancar dan mendapat sambutan antusias dari peserta. Banyak wawasan baru diperoleh, yang diharapkan menjadi bekal berharga dalam menghadapi banjir informasi di media sosial maupun dunia nyata. ***

(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)