Senin, 13 September 2021

Mengenal Sisi Lain Dr. Mohammad Natsir

Oleh: Novi Indiana |

Jika pedang melukai tubuh, ada harapan akan sembuh.
Jika lidah melukai hati, kemana obat akan dicari.

Itulah sepenggal bait pantun favorit Dr. Mohammad Natsir. Ia memaparkan bahwa etika dalam berda'wah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendukung proses pencapaian tujuan da'wah Islam. Karenanya akhlak karimah dalam da'wah bagi Mohammad Natsir merupakan masalah penting yang tidak boleh dilupakan oleh para pelaku da'wah.

Berikut akhlak Mohammad Natsir yang patut kita teladani tercantum dalam 8 point berikut ini,

Pertama, Mohammad Natsir memiliki sikap ramah, lembut dan pemurah.

Sikap lembut, ramah dan pemurah yang dimiliki Mohammad Natsir disampaikan oleh orang-orang terdekat yang mengenal sisi lain Mohammad Natsir. Sikap tersebut antara lain tergambar sebagai berikut, "Bila beliau bertemu dengan para bawahannya, beliau selalu berkata, 'Bagaimana kabar saudara? Bagaimana kabar keluarga?.' Hal ini menunjukan betapa ramahnya Mohammad Natsir kepada siapa saja yang ia kenal, termasuk kepada para bawahannya.

Untuk kalangan menengah ke bawah, sikap seperti ini merupakan suatu kebahagian yang luar biasa, karena mereka merasa diakui dan disapa oleh orang besar seperti Mohammad Natsir. Dan ini merupakan salah satu yang patut dicontoh dalam pergerakan da'wah Mohammad Natsir.

Gambaran lainnya dari sosok Mohammad Natsir, yaitu siapapun yang datang kepadanya dalam keadaan meminta bantuan, pasti akan ia berikan, walaupun di kantongnya hanya tersisa Rp 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah). Mohammad Natsir selalu mementingkan kepentingan orang lain di samping kepentingan pribadi.

Selanjutnya, Mohammad Natsir juga termasuk orang yang senantiasa menghormati tamu. Menjamu dengan sebaik-baiknya. Jika tamu tersebut datang, maka akan ia sambut dengan sebaik - baiknya sambutan, dan jika tamunya pulang, maka ia akan antarkan tamunya pulang sampai tulang punggung atau kendaraannya hilang dari pandangannya.

Yang paling mengharukan dari sikap Mohammad Natsir yang perlu di teladani, adalah ia tidak pernah membeda-bedakan orang, sekalipun orang itu adalah bawahan. Tentu hal ini mengingatkan kita akan ketaqwaan beliau kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan memperlakukan orang tanpa membeda - bedakan kasta.

Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al - Hujurat ayat 13 yang berbunyi,

اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ‌ ؕ

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."

Kedua, Muhammad Natsir senantiasa berterimakasih kepada siapapun. Bahkan kepada seorang supir yang telah membukakan pintu mobil untuknya.

Ketiga, ia pandai menjaga lisan. Seorang tokoh Allahuyarham Ali Sadikin mengungkapkan bahwa Pak Natsir merupakan sosok yang lembut dan santun dalam berucap. Bangsa Indonesia kini telah kehilangan salah seorang tokoh perdana menteri yang santun dan lembut dalam bekata serta berucap.

Keempat, peduli, pandai menjaga perasaan dan perhatian. Hal ini diungkapkan dalam Jurnal Pak Rasyid yang dimuat dalam Majalah Tazakka edisi Juni 2014, sosok Mohammad Natsir senantiasa menjaga perasaan siapapun yang berada di dekatnya.

Dalam suatu kejadian, dimana Pak Rasyid (staff M. Natsir) berada di arah Senen menuju Kramat, lalu bertemu dengan mobil M. Natsir yang hendak ke Kramat Jua. Dalam mobil, M. Natsir meminta tolong kepada supirnya agar menghampiri Pak Rasyid, dan memintanya untuk berangkat bersamanya. Tentu hal ini mencerminkan betapa ia sangat pandai menjaga perasaan seseorang.

Kelima, datang lebih awal (disiplin dalam bekerja). Kesaksian ini diungkapkan oleh para pegawai Mohammad Natsir. Selain datang tepat waktu dalam bekerja, ia pun senantiasa tepat waktu dalam menunaikan kewajibannya terhadap Allah. Ia selalu mengutamakan tiba di masjid sebelum adzan berkumandang.

Keenam, Hormat dan sangat menghargai istri. Jika menceritakan sosok Mohammad Natsir, maka tidak akan terlepas dari peran istrinya. Ketika Mohammad Natsir pulang ke rumah dalam keadaan perut kenyang, sedang istri telah menyiapkan makanan, maka ia akan tetap makan.

Ketujuh, keikhlasan dan kesungguhan da'wah. Saat menjelang usianya yang ke 80 an, dalam kondisi terbaring di Rumah Sakit, ia tetap memikirkan kepentingan umat walau dalam keadaan sakit.

Kedelapan, kebersamaan dalam bermusyawarah. Mohammad Natsir sering kali bermusyawarah dalam hal apapun termasuk urusan yang berkenaan tentang umat. Ia memiliki keikhlasan yang sangat luar biasa, sehingga ketika rapat ia tetap dalam keadaan tenang meski banyak orang yang berdebat hingga unjuk - unjuk tangan.

Demikian, sisi lain Mohammad Natsir yang patut kita teladani dalam mengangkat kualitas umat Islam tidak pernah surut. Hal ini dapat dicerminkan dalam segala tindakan dan sifat - sifat Mohammad Natsir yang patut kita jadikan contoh.

Kebuntuan jalan politik justru mengantarkannya untuk memasuki jalan baru yang lebih luas, yakni dengan mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Atas sikap dan sifat - sifatnya yang luar biasa dalam berda'wah telah memberikan contoh bagi para du'at selanjutnya.

Atas keilmuan, kesantunan dan akhlakul karimah Mohammad Natsir telah mengantarkan ia menjadi pendiri sekaligus ketua DDII. Dengan inilah ia dikenal luas sebagai ulama bertaraf nasional. Bahkan kemampuan berdiplomasi diakui secara internasional, terutama di Dunia Muslim

Sepak terjang Mohammad Natsir sebagai ulama, politisi dan negarawan telah banyak diungkap dan diperbincangkan, inilah beberapa hal yang patut kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita sebagai Natsir muda. ***


(Penulis adalah mahasiswa STUD M Natsir)