Sabtu, 08 Juni 2024

Sebab-sebab Runtuhnya Turki Utsmani

Penulis: Intan Junia Faradila |

Turki Utsmani diambil dari dari nama Utsman bin Ertugrul yang merupakan pendiri Negara Turki Utsmani pada tahun 1299 M.  Negara Turki Utsmani semula adalah keluarga kecil suku Oghus yang menetap di wilayah Kurdistan kemudian melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah Anatolia akibat serangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengis Khan.
Kekhalifahan Turki Utsmani sempat memimpin dunia sebelum akhirnya perlahan-lahan  lemah dan jatuh. 

Saat itu kepala kabilahnya adalah Sulaiman yang meninggal dunia pada tahun 628 H (1230 M). Posisi kepala kabilah kemudian digantikan oleh putranya, Utsman bin Ertugrul yang melanjutkan perjalanan ke arah barat daya Anatolia yang kemudian bergabung dengan Kerajaan Saljuk dalam pertempuran melawan orang-orang Kristen. Pertolongan dari Usman bin Ertugrul ini menjadi sebab kemenangan kaum muslim atas orang-orang Kristen.

Setelah peperangan antara Kerajaan Saljuk dan orang-orang Kristen selesai, panglima pasukan Islam dari Bani Saljuk memberikan penghargaan kepada kabilah Utsman bin Ertugrul berupa sebidang tanah di perbatasan barat Anatolia, disekitar perbatasan Romawi. Mereka juga diberikan kewenangan untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke arah Romawi.

Dalam memimpin roda pemerintahan, Utsman bin Ertugrul menerapkan politik yang sama dengan Bapaknya dalam memperluas wilayah ke arah tanah Romawi.

Utsman bin Ertugrul memiliki kepribadian yang seimbang dan kuat. Hal ini disebabkan keimanannya yang besar kepada Allah subhanahu wata’ala. Selain itu, ia juga diberikan kemampuan dan kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengendalikan Asia Kecil dari sisi opini, kehandalan tempur militer, dan karisma pribadi.

Utsman menggabungkan antara penaklukan negeri dengan tajamnya pedang dan penaklukan hati dengan iman dan ihsan. Setiap kali ia menaklukan suatu wilayah, maka akan menyeru penduduknya kepada kebenaran dan beriman kepada Allah.

Setelah Utsman meninggal dunia, tampuk pemerintahan diserahkan kepada anaknya Sultan Orhan bin Utsman. Orhan menaklukan wilayah-wilayah seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Ia juga menyusun strategi untuk menaklukan Konstantinopel dengan melakukan penyerangan dari arah barat dan timur. Ia berhasil membuka jalan bagi penguasa selanjutnya dalam menaklukan Konstantinpe. Selain itu, sultan Orhan juga membentuk pasukan elit yang dikenal dengan Al-Inkisyariyah (Janissaries).

Ada perbedaan pendapat tentang pasukan elit yang dibentuk oleh Orhan bin Utsman. Sebagian besar sejarawan asing mengatakan bahwa pasukan Janissaries adalah anak-anak orang Kristen yang dipaksa masuk Islam. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena Pasukan Janisaries terdiri dari orang-orang yang baru masuk Islam. Jumlah pasukan ini terus bertambah mencapai ribuan para mujahid di jalan Allah.

Setelah Utsman bin Ertugrul, hadirlah sosok pemberani yang dermawan sebagai pemimin Turki Utsmani. Pada saat kepemimpipnan sultan Murad I kekhalifahan Turki Utsmani mampu memperluas wilayah kekuasaannya dan berhasil meraih kemenangan pada pertempuran Kosovo.

Sultan Murad I wafat sebagai syahid dalam pertempuran membela agama Allah. Dengan wafatnya sultan Murad I maka tonggak kepemimpinan dilanjutkaultan oleh sultan Bayazid I yang dijuluki sebagai Sang Petir karena pergerakannya yang seperti kilat di dua wilayah Anatolia dan Balkan.

Pada masa sultan Bayazid I, terjadi pertempuran hebat antara pasukan Turki Utsmani dengan pasukan yang dipimpin oleh Timur Lenk. Ia berhasil menguasai Kota Sivas dan membinasakan Amir Ertugrul bin Bayazid. Karena sikap tergesa-gesa Bayazid dalam pertempuran ini maka Timur Lenk berhasil memenangkan pertumpuran dan sultan Bayazid menjadi tawanan sampai meninggal dunia.

Timur Lenk mengembalikan semua kerajaan-kerajaan yang telah digabung oleh sultan Bayazid. Selain itu Timur Lenk juga membuat propaganda yang memecahbelahkan keturunan Bayazid sehingga pada masa itu keturunan Bayazid saling memperebutkan kekuasaan. Kekacauan ini berlangsung selama sepuluh tahun. Timur Lenk kemudian meninggalkan negeri itu dalam keadaan yang terburuk, berupa kehancuran, kebinasaan, dan kekacauan.

Ditengah konflik internal yang begitu hebat, Daulah Utsmaniyah tetap teguh hingga sultan Muhammad I berhasil memegang kekuasaan secara tunggal pada tahun 1413 M. Ia berhasil mengembalikan wilayah-wilayah yang sebelumnya terlepas dari kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Dalam usahanya menghilangkan konflik internal yang terjadi didalam kerajaan, sultan Muhammad I merasakan ajalnya semakin dekat lalu Ia menyerahkan kekuasaan Daulah Utsmaniyah kepada putranya sultan Murad II.

Pada masa kepemimpinannya, sultan Murad II berhasil meluncurkan serangan-serangan terhadap gerakan-gerakan pembangkangan di wilayah-wilayah Balkan. Murad II meninggal di istananya dan berwasiat untuk dimakamkan di Kota Bursa dan tidak dibangunkan apapun diatas kuburannya.

Setelah wafatnya Murad II, kepemimpinan Daulah Utsmaniyah dilanjutkan oleh Muhammad II yang diberi gelar Al-Fatih atau Al-Khairat. Muhammad II memerintah selama 30 tahun dan dimasa inilah Turki Utsmani mengalami kejayaan dan merupakan tahun-tahun kemuliaan bagi kaum Muslimin.

Sultan Muhammad Al-Fatih memiliki kepribadian yang menonjol dibidang administrasi dan juga di medan pertempuran sehingga dijuluki dengan sebutan “Sang Penakluk”.

Sultan Muhammad Al-Fatih melakukan perbaikan didalam negeri dan mulai mengarahkan pandangannya kepada wilayah-wilayah di Eropa. Ia bertekad untuk menaklukan wilayah-wilayah tersebut dan menyebarkan Islam. Sultan Muhammad Al-Fatih juga berusaha menjadikan Konstantinopel sebagai Ibu Kota Daulah Utsmaniyah dan berusaha mewujudkan impian para pemimpin Daulah Utsmaniyah terdahulu yang belum diwujudkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam telah memberikan kabar gembira tentang penaklukan Konstantinopel. Sehingga para Khalifah kaum Muslimin saling berlomba-lomba untuk dapat menaklukan Konstantinopel.

Muawiyah bin Abi Sofyan melakukan serangan terhadap pertahanan Konstantinopel namun serangan ini mengalami kegagalan berulang kali. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik, pasukan Bani Umayyah juga melakukan penyerangan terbesar dalam sejarahnya terhadap Konstantinopel namun penyerangan ini mengalami kegagalan bahkan tidak sama sekali mengancam kekuatan pertahanan Konstantinopel.

Tidak hanya Bani Umayyah tetapi juga Bani Abbasiyah yang melakukan penyerangan melawan Kekaisaran Byzantium, tetapi serangan ini tidak sampai ke Konstantinopel bahkan tidak sama sekali menggetarkan Konstantinopel. Penyerangan ini juga dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Asia Kecil seperti Kerajaan Saljuk-Islam.

Melihat perjuangan khalifah-khalifah Islam terdahulu maka Muhammad Al-Fatih dengan semangat jihadnya mulai membentuk strategi terbaik dan pasukan yang siap mental dan ruh jihadnya untuk melakukan penyerangan terhadap Konstantinopel. Al-fatih juga mulai menyiapkan dan mengumpulkan senjata-senjata yang akan digunakan dalam penyerangan. Sultan juga mendatangkan ahli senjata yang membuat meriam yang sangat besar dengan berat ratusan ton.

Selama masa persiapan penyerangan, Kekaisaran Byzantium terus berusha untuk memprofokasi Muhammad Al-Fatih dan memberikan hadiah-hadiah yang luar biasa agar Ia menghentikan rencana penyerangan terhadap Konstantinopel. Semua usaha yang dilakukan oleh Byzantium mengalami kegagalan karena sultan Muhammad Al-Fatih tidak sama sekali tergoyahkan dan tekadnya semakin kuat untuk melakukan penyerangan.

Tidak hanya menyiapkan pasukan dan persenjataan, tetapi sultan juga mengumpulkan informasi-informasi terkait pertahanan Konstantinopel. Ia juga mengirim pengintai untuk mengawasi Konstantinopel dari tempat-tempat yang tinggi.

Pasukan laut Turki Utsmani pada saat itu tidak bisa memasuki Tanduk Emas karena terdapat rantai yang sangat besar yang menghalangi dan mampu menhan kapal-kapal besar yang hendak memasuki kawasan tersebut.

Dalam pertempuran yang terjadi, kerajaan-kerajaan Kristen terus memberi bantuan kepada Konstantinopel dan memberikan semangat kepada pasukannya agar tidak lemah dan menyerah terhadap perlawanan sultan Muhammad Al-Fatih hingga terjadilah negoisasi antara sultan Muhammad Al-Fatih dan Kaisar Konstantin.

Dalam negoisisai yang dilakukan, Kaisar Konstantin meminta agar pengepungan tentara Al-Fatih dihentikan dan Kaisar berjanji akan memberikan harta, namun sultan Muhammad Al-Fatih menolak permintaan itu dan mengatakan kepada Kaisar Konstantin untuk menyerahkn Konstantinopel dan Ia tidak akan menyakiti satu orang pun yang ada di Kota Konstantinopel.

Pasukan laut dibawah pimpinan panglima Balata Oghli mengalami kekalahan dalam penyerangan. Kekalahan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pasukan yang Turki Utsmani. Sebagai seorang pemimpin yang berjiwa hebat dan iman yang begitu kokoh, sultan Muhammad Al-Fatih mendapatkan ide untuk memindahkan kapal-kapal perang yang ada melalui jalur darat ke arah Tanduk Emas yang pertahanannya tidak terlalu kuat.

Kapal-kapal ini dijalankan dari selat Bhorporus menggunakan papan-papan dan didorong oleh semua pasukan dengan penuh semangat. Kapal-kapal ini berhasil dipindahkan dalam waktu satu malam dan membuat Pasukan Byzantium merasa kagum dan kaget. sultan Muhammad Al-Fatih telah mengubah daratan menjadi lautan dan melakukan strategi penyerangan yang tidak pernah dilakukan sebelumya.

Taktik yang dilakukan oleh pasukan Al-Fatih mampu menerobos pertahanan Konstantinopel dan menorehkan sejarah luar biasa. Setelah penaklukan Konstantinopel, sultan Muhammad Al-Fatih memperlakukan orang-orang Kristen dengan penuh sikap toleransi dan kasih sayang. Tidak ada pemaksaan dalam pemerintahannya dan tidak ada kejahatan didalamnya.

Allah subhanahu wata’ala telah mengatakan bahwa setiap hal yang terjadi di dunia ini ada ajalnya, begitu juga dengan kekuasaan. Kekhilafahan Turki Utsmani yang menghiasi sejarah Islam selama 13 abad mengalami kehancuran di tangan Mustafa Kamal Ataturk yang telah menghancurkan peradaban Islam dengan sekularisme yang begitu hebat. Sikap keji yang dilakukan merupakan perjalanan paling hitam dalam sejarah dan dunia Islam. Hancurnya Khilafah Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924  merupakn hancurnya jati diri Islam dan runtuhnya pelaksanakaan syariat Islam.
 
Dalam sejarah menuliskan bahwa Sulaiman al-Qonuni merupakan khalifah yang menjauhkan Khilafah Turki Utsmaniyah kebiasaan-kebiasaan di negara-negara Eropa. Namun satu hal yang sangat disayangkan, setalah meninggalnya Sulaiman al-Qonuni, Turki Utsmani mulai mengalami kemerosotan secara terus-menerus.

Ada beberapa faktor yang menjadi sebab keruntuhan Turki Utsmani yaitu munculnya konflik internal yang luar biasa, adanya serangan dari negara-negara Eropa, dan gerakan makar politik Zionis dan Freemasonry terhadap Kesultanan Turki Utsmani.

Disisi lain karena lemahnya pemahaman Islam yang dimiliki oleh para penguasa maka penguasa-penguasa mulai membuka diri terhadap  demokrasi dengan dukungan fatwa yang penuh dengan kontroversi. Keadaan yang seperti ini bertambah parah dengan dirumuskannya Konstitusi oleh Gerakan Turki Muda yang berusaha untuk membatasi fungsi dan kewenangan Khalifah. Pada masa ini, sekulerisme mulai masuk kedalam sistem Kekhilafahan Islam.

Ditengah kemunduran intelektual terhadap dunia Islam, para Orientalis Barat menyiapkan penyerangan terbaik dengan mengadakan kajian-kajian yang bertentangan dengan pemikiran Islam. Mereka menyebarkan paham nasionalisme dalam dunia Islam dan menciptakan stigma bahwa Khilafah Utsmaniyah seperti orang yang sakit yan tidak mampu berbuat apa-apa. 

Ketika kekuatan Khilafah mulai lemah, maka akan dengan mudah dapat ditaklukan dan dijatuhkan. Mereka terus memprovokasi gerakan-gerakan patriotisme dan nasionalisme serta mengeksploitasi gerakan keagamaan seperti gerakan Wahabi.

Pada tahun 1914 ketika terjadi Perang Dunia I para Orientalis memanfaatkan situasi ini untuk menyerang Istanbul  dan menduduki Gallipoli. Disinilah Inggris mendongkrak popularitas bagi Mustafa Kamal Ataturk sebagai pahlawan.

Pada tahun 1923 terjadi perjanjian antara Inggris dan Turki, bahwasanya Turki harus menghapus sistem Khilafah dan memutuskan bubungannya dengan dunia Islam serta menerapkan hukum sipil sebagai hukum Khilafah. Delapan bulan setelah perjanjian dibuat, Mustafa Kamal Ataturk mengumumkan pemecatan Khalifah, pembubaran, dan mengusir Khalifah ke luar negeri. Ini merupakan titik klimaks revolusi kufur yang dilakukan oleh Mustafa Kamal Ataturk.

Sejak runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924, tidak ada lagi Khilafah Islam yang menjadi tonggak peradaban yang luar biasa. Tepat di tahun 2024, sampailah titik kehancuran itu pada usia yang ke 100 tahun.

Kehancuran yang luar biasa membawa dampak yang begitu besar bagi umat Islam di dunia, termasuk negara Indonesia. 

Peraturan-peraturan Islam mulai digantikan dengan peraturan orang-orang kafir. Tidak hanya dibidang politik, tetapi juga dibidang pendidikan. Kurikulum yang sesuai dengan syariat Islam mulai diganti sesuai dengan kurikulum Barat yang jauh dari syariat Islam. Kurikulum yang diterapkan mengantarkan kepada pola pikir dan pandangan hidup Barat dan memusuhi pandangan hidup Islam. Harta kekayaan yang dimiliki oleh umat Islam diambil dan kekayaan alam yang ada dieksploitasi dengan cara yang jauh dari kata baik.

Dampak yang lain adalah Israel berhasil berdiri di tanah Palestina pada tahun 1948 dan meluncurkan genosida yang masih berlanjut hingga hari ini. Hal ini menjadi salah satu pemicu berdirinya Organisasi Konfrensi Islam (OKI) yang dibentuk pada tahun 1971 M. Pada saat itu muncul rasa keprihatinan negara-negara Islam terhadap problematika yang dihadapi oleh Umat Islam.

Setelah keruntuhan Turki Utsmani yang merupakan wajah kekuasaan Islam, banyak negara-negara Islam yang terpecah-belah sehingga OKI mengambil peran sebagai pemersatu solidaritas Umat Islam yang ada di dunia.

Paham sekularisme yang menyebar ketika runtuhnya Turki Utsmani begitu hebat mengubah wajah peradaban Islam. Negara Indonesia dengan mayoritas pemeluk agama Islam pada saat itu juga merasakan dampak negarif dari gerakan sekularisme Mustafa Kamal Ataturk.

Presiden Soekarno dalam pidatonya tentang runtuhnya Turki Utsmani dan adanya pemisahan agama dan negara menyatakan sikap keberpihakan dan setuju atas apa yang dilakukan oleh Mustafa Kamal Ataturk.

Tokoh pejuang Islam Indonesia sebagai peletak dasar negara dengan hasil kesepakatan yang tertuang dalam piagam jakarta mendapat penolakan dari Soekarno dan tokoh nasionalis. (Didin; 2020) Hal ini tentu ada peran Belanda yang menjajah Indonesia dalam kurun waktu 3,5 abad yang mengadopsi gerakan Kemalisme dan ingin menyekulerkan Indonesia.

Tidak hanya dimasa Soekarno, pemahaman tentang pemisahan negara dan agama sampai hari ini terus digaungkan dan dilakukan oleh para penguasa.

Turki Utsmani memiliki hubungan yang erat dengan Negara Indonesia. Pada saat peperangan antara Aceh dan Portugis, Kerajaan Aceh mengirim surat meminta bantuan kepada Turki Utsmani. Tidak hanya itu, pasukan Janissary juga pernah dikirimkan ke kesultanan Mataram Islam, dan masih banyak lagi kerjasama anatara kesultanan di Indonesia dengan Turki Utsmani.
 
Peradaban Islam merupakan peradaban luar biasa yang tidak sama dengan peradaban yang lain. Sejarah Islam akan terulang kembali dengan tokoh dan waktu yang berbeda. Tepat 100 tahun yang lalu, pada tahun 1924, Kekhilafahan Islam terkuat yang menguasai sepertiga dunia diruntuhkan oleh seorang tokoh tidak berprikemanusiaan yaitu Mustafa Kamal Ataturk.

Tepat di angka ke 100, banyak kalangan yang kembali menyinggung tentang kebangkitan Islam. Apakah sistem ini akan kembali dengan keadaan yang sama seperti 100 tahun yang lalu, atau akan hadir dengan keadaan yang berbeda. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah bahwa setiap 100 tahun akan hadir seorang pembaharu (mujaddid).

Dari narasi yang ditulis oleh penulis maka saran yang akan diberikan secara garis besar berdasarkan tema yang dibuat adalah dampak yang terjadi dari runtuhnya Turki Utsmani mampu menjadikan Umat Islam kembali bangkit dengan perjuangan yang lebih luar biasa dalam membaca keadaan dan peluang.

Umat Islam harus mempelajari secara utuh tentang sejarah peradaban untuk mempersiapkan kebangkitan Islam dan tidak terprovokasi oleh pemikiran-pemikiran Barat yang menghapus jejak perjuangan Islam di wajah dunia. ***


REFERENSI

1. Ali Muhammad Ash-Shallabi, 2017, "Muhammad Al-Fatih Sang Penakhluk Yang Diramalkan," Jakarta: Ummul Quro
2. Miftahun Jannah, "Runtuhnya Turki Utsmani 3 Maret 1924", diakses pada 07 Juni 2024, https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/masa/article
3. Ricko Soeneko, "Runtuhnya Turki Utsmani Suatu Analisis Deskriptif", diakses ada 07 Juni 2024, https://lontar.ui.ac.id/detail

(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)