Selasa, 10 Juni 2025

Ketika Kebohongan Menghancurkan Kepercayaan

Penulis: Atin Supriatin |

Aku memiliki seseorang yang sangat aku percayai. Di mataku, dia adalah sosok wanita yang baik, ramah, dan pengertian. Aku selalu bercerita tentang hari-hariku kepadanya, mulai dari hal yang terkecil hingga yang terbesar, baik itu hal yang menyedihkan maupun yang menyenangkan. 

Kami sering bertukar cerita, dan orang bisa menyebut kami sebagai saudara yang tak sedarah karena begitu dekat, saling merangkul, dan membantu satu sama lain.

Namun, suatu hari aku menemukan bahwa dia telah menyembunyikan sesuatu yang sangat menyakitkan bagi aku. Aku merasa seperti telah ditikam dari belakang. Kepercayaan yang telah aku bangun selama ini mulai runtuh. 

Aku tidak tahu bagaimana cara memulihkannya. Aku merasa seperti kehilangan sebagian dari diriku sendiri. Aku mencoba untuk berbicara dengannya, tapi aku tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Aku merasa seperti ada yang hilang dalam pertemanan ini. Aku tidak tahu bagaimana cara memulihkan kepercayaan yang telah hancur. Aku merasa seperti berada di persimpangan jalan, tidak tahu mana jalan yang harus aku ambil.

Saat itu, aku merasakan detak jantungku berdegup kencang, dan tangan-tanganku terasa dingin, napasku terasa berat, dan pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.

Suatu hari, aku menemukan kebenaran tentang apa yang dia sembunyikan. Aku merasa seperti dunia ku telah runtuh. Aku tidak bisa mempercayainya lagi. Aku merasa seperti telah dikhianati. kemudian aku mengetahui bahwa dia berbohong karena ketakutan dan kecemasan, bukan karena dia ingin menyakitiku.

Aku mencoba untuk memahami alasan di balik kebohongannya, tapi aku tidak bisa memaafkannya dengan mudah. Aku sadar bahwa kebohongan dapat menghancurkan kepercayaan dalam hubungan keluarga ataupun pertemanan. Ketika seseorang berbohong, dapat membuat orang lain merasa sakit hati dan tidak percaya lagi.

Aku mendengar kata "maaf" dari dia, tapi aku tahu bahwa kata-kata itu tidak cukup untuk mengubah kebohongan menjadi kenyataan. Sehelai kata maaf tak mampu mengubah kebohongan itu menjadi kenyataan, tapi dengan kata maaf, mungkin aku dapat menemukan sedikit harapan untuk memaafkan. Aku merasa seperti sedang menatap ke dalam jurang yang dalam, tanpa tahu bagaimana cara untuk keluar dari sana.

Aku merasa seperti sedang terjebak dalam kegelapan yang tak berujung, tanpa ada secercah cahaya yang menembus. Luka yang telah tergores dalam hatiku masih terasa seperti sayatan pedang yang tajam, membiarkan darah kesedihan mengalir tanpa henti. Aku tidak tahu apakah aku dapat menemukan jalan keluar dari kegelapan ini, atau apakah aku akan terus berjalan dalam bayang-bayang kesakitan yang tak kunjung reda.


Pelajaran yang Dipetik

Aku belajar bahwa kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan. Ketika kepercayaan itu hancur, hubungan tersebut dapat menjadi sulit untuk dipulihkan. Aku berharap bahwa pengalaman ini dapat menjadi pelajaran bagi aku dan orang lain untuk selalu menjaga kejujuran dan kepercayaan dalam hubungan. 

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi aku yakin bahwa aku akan belajar dari pengalaman ini dan menjadi lebih kuat. Aku berharap bahwa suatu hari nanti, aku dapat memulihkan kepercayaan yang telah hancur dan membangun hubungan yang lebih baik.

Aku juga berharap bahwa aku dapat menemukan kekuatan untuk memaafkan dan melupakan, sehingga aku dapat melangkah maju dengan hati yang lebih ringan. Aku siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang, karena aku tahu bahwa aku telah belajar dari kesalahan dan menjadi lebih bijak. 

Dengan memaafkan, aku tidak hanya membebaskan diri dari beban kesedihan, tapi juga memberikan kesempatan kepada diriku sendiri untuk tumbuh dan berkembang menjadi versi yang lebih baik. Aku percaya bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, adalah pelajaran berharga yang membentuk aku menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijaksana. ***

(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)