Rabu, 10 September 2025

Membina Sahabat dari Bawah, Berujung pada Tegaknya Negara

Penulis: Ahmad Firdaus |

Salah satu keistimewaan dakwah Rasulullah ﷺ adalah kesabaran beliau dalam membina sahabat dari nol, hingga akhirnya melahirkan generasi yang mampu menegakkan sebuah negara berdaulat, yaitu Negara Madinah.


1. Dimulai dari Pondasi Iman

Dakwah pertama Nabi bukanlah membangun institusi, melainkan menanamkan tauhid dan akhlak pada sahabat. Selama 13 tahun di Makkah, beliau fokus pada pembinaan iman, meski sahabat berada dalam kondisi lemah, tertindas, bahkan miskin. Dari sinilah lahir pribadi-pribadi tangguh seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Bilal, Ammar bin Yasir, dan lain-lain.

2. Kesabaran dalam Membina Individu

Rasulullah ﷺ tidak terburu-buru ingin hasil besar. Beliau sabar membina sahabat secara personal, mendekati satu per satu, mendidik sesuai kapasitasnya. Inilah strategi dakwah jangka panjang: membentuk manusia sebelum membentuk sistem.

3. Dari Jamaah Menjadi Ummat

Setelah para sahabat kuat imannya, mereka bukan lagi sekadar kelompok kecil, tetapi menjadi jamaah yang solid. Persaudaraan Muhajirin dan Anshar di Madinah adalah buah dari pembinaan panjang tersebut. Inilah yang menjadi modal sosial untuk membangun masyarakat Islam.

4. Negara Madinah: Buah Pembinaan

Ketika hijrah ke Madinah, Nabi ﷺ bersama para sahabat mendirikan masjid sebagai pusat pembinaan. Dari masjid, lahirlah keputusan politik, sosial, pendidikan, hingga pertahanan. Piagam Madinah menjadi bukti bahwa sebuah negara lahir bukan dari ambisi kekuasaan, melainkan dari kekuatan iman dan persatuan umat.

5. Pelajaran bagi Da’i dan Aktivis

Setidaknya ada empat pelajaran yang bisa kita ambil: (1) Jangan tergesa-gesa ingin besar tanpa membina dari bawah. (2) Fokuslah pada kualitas manusia, bukan sekadar jumlah. (3) Jamaah kecil yang solid lebih kuat daripada massa banyak tanpa iman. Dan, (4) Negara kuat hanya bisa lahir dari masyarakat yang beriman, bersaudara, dan siap berkorban.

Nabi Muhammad ﷺ membuktikan bahwa membina sahabat dari bawah—dengan iman, akhlak, ukhuwah, dan amanah—bisa berujung pada tegaknya negara dan peradaban. Bagi da’i hari ini, inilah pelajaran berharga: bangunlah manusia terlebih dahulu, maka sistem akan mengikuti.

(Penulis adalah kolumnis, tinggal di Bulukumba, Sulsel)