Sabtu, 04 September 2021

Belajar Sosial Engineering dari Manajemen Masjid Jogokaryan

Oleh: Novi Indiana |

Sebagai seorang mahasiswa da'wah, rasanya tidak sempurna apabila hanya menjadi seorang mubaligh. Demokian diungkap Ustadz bernama Muhammad Jazir ASP, ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

Menurutnya sebelum adanya gerakan da'wah, kampung Jogokariyan adalah kampung yang terdiri dari masyarakat yang jauh dari agama bahkan ketika musim politik kampung tersebut didominasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Pada tahun 1964, seorang pengusaha bertempat di Jogokariyan mengambil inisiatif untuk menempatkan mahasiswa IAIN untuk membina masyarakat melalui da'wah.

Dan untuk pertama kalinya, para mahasiswa mengadakan pengajian anak - anak dengan mendirikan PAD (Pengadjian Anak - Anak Djogokariyan) ditulis dengan menggunakan ejaan lama.

Selain mengaji, untuk menarik minat anak - anak kampung, maka diselenggarakan kegiatan Gerakan Pramuka khusus Islam atau Prakusi dan Drumband yang merupakan kegiatan sore hari dan disambung dengan pengajian.

Sejarah berdirinya Masjid Jogokariyan tentu tidak terlepas dari peran mahasiswa sebagai Social Engineering yang bertugas menggerakkan masyarakat untuk mempelajari Islam juga merangkul anak - anak untuk mengenal Islam melalui minat dan bakat seperti, pramuka, drumband dan lain - lain.

Sebagai seorang mahasiswa da'wah, rasanya tidak sempurna apabila hanya menjadi seorang mubaligh. Maka, seorang Mahasiswa harusnya menjadi seorang Social Engineering yang mampu merubah masyarakat kembali kepada Allah dengan gerakan - gerakan canggih.

Dengan begitu, para alumni Fakultas Da'wah tidak hanya menjadi seorang penceramah, tapi dia juga merupakan pelaku perubahan sosial bagi masyarakat.

Perubahan yang seperti apa?

Pertama, memahami Ideogi Kemasjidan (pusat perubahan sosial). Kedua, memakmurkan masjid adalah kewajiban bagi orang yang beriman kepada Allah dengan mendirikan shalat sesuai sunnah Rasulullah (shalat wajib dilakukan di masjid), menunaikan zakat dan tidak takut dan khawatir kecuali terhadap ancaman Allah.

Seorang juru da'wah jangan hanya meneriakan adzan ketika waktu shalat. Namun juga harus memobilisasi dan menggerakkan masyarakat untuk berbondong - bondong menuju masjid. Karena masjid yang makmur pasti akan merdeka. ***

(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir, Jakarta)