Penulis: Rini Dwi Utami |
Abdullah bin Amru suatu hari bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Thabrani dan Ahmad, "Apa yang dapat menyelamatkan diriku dari murka Allah?"
Rasulullah SAW menjawab, "Jangan marah!"
Hadis ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa mengendalikan amarah. Bahkan, orang yang mampu mengendalikan amarah tak sekadar selamat dari murka Allah Ta'ala, namun juga menjadikannya kuat. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling kuat adalah orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah," (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Menurut Said Hawwa, asal dari amarah bukanlah sesuatu yang aib. Keberadaannya pun tidaklah dianggap penyakit. Yang tidak dapat dibenarkan dari marah adalah perilaku tercela saat marah, dan sifat yang cepat marah namun lambat reda.
Ketika muncul perasaan marah dan kita tak mampu mengendalikannya maka pikiran tak akan bisa jernih. Kita hanya berpikir bagaimana cara melampiaskan kemarahan dan membalas dendam kepada orang yang membuat kita marah. Tak terpikirkan lagi apa akibat dari kemarahan tersebut.
Oleh karena itu kita perlu berlatih mengendalikan kemarahan sampai kita terbiasa menghadapi saat-saat muncul nafsu marah. Berikut beberapa kiat melatih diri mengandalikan amarah:
Pertama, renungkan nash-nash atau dalil-dalil keutamaan menahan amarah. Perlu juga mengingat seberapa besar manfaat dan pahala yang akan kita dapat bila kita mampu mengendalikan amarah. Contohlah bagaimana Rasulullah SAW mengendalikan diri ketika marah dan ingatlah pesan Rasulullah SAW, "Janganlah marah, bagimu surga," (Riwayat Thabrani).
Kedua, menyadari bahwa kekuasaan Allah Ta'ala berada di atas segala kuasa yang yang lain. Cobalah untuk memaafkan orang yang membuat kita marah. Sebab, bila kita memaafkannya maka semoga Allah Ta'ala juga memaafkan segala kesalahan diri kita.
Ketiga, ingat-ingat kembali akibat dari kemarahan yang kita lampiaskan. Sikap permusuhan dan rasa dendam hanya akan membuat kita gelap mata, dan terus-menerus membenarkan perilaku buruk dan dosa yang kita lakukan.
Keempat, renungkan bahwa sesungguhnya kita adalah orang yang hina. Jika kita melampiaskan kemarahan kepada orang lain maka akan bertambahlah kehinaan kita di akhirat kelak akibat perilaku tercela saat kita melampiaskan amarah di dunia.
Kelima, jika kita sedang marah maka ubahlah posisi diri kita. Ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW dalam salah satu Haditsnya, "Jika salah seorang dari kalian marah dan saat itu sedang berdiri, hendaklah ia duduk, karena itu bisa meredakan marahnya. Jika tidak (bisa maka) hendaklah ia berbaring," (Riwayat Abu Dawud dan Ahmad).
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari setan. Dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api. Dan api itu hanya akan padam dengan air. Jadi, jika salah seorang di antara kalian marah maka berwudhulah," (Riwayat Abu Dawud).
Jika setelah wudhu masih juga memiliki keinginan untuk marah maka shalatlah dua rakyat.
Demikian lima kiat mengendalikan marah. Semoga bermanfaat!
Wallahu a'lam
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir)