Rabu, 04 Maret 2020

Pohonnya Besar, Kok Buahnya Kecil?

Penulis: Yuni Nurudhuha ---


Mungkin dalam hidup, kita pernah berencana melakukan hal besar. Lalu kita mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Sejuta harapan kita gantungkan agar kelak hal besar itu bisa terwujud.

Namun, Allah Ta'ala berkehendak lain. Hasil dari kerja keras ternyata jauh dari apa yang kita rencanakan. Lalu kita kecewa.

Rasa kecewa kian bertambah ketika kita melihat orang lain bersantai-santai, tak terlihat bekerja keras, bahkan kerap meminta bantuan orang lain untuk menjalankan usahanya, namun hasilnya justru lebih baik dari kita.

Hati kita bertanya, mengapa ini bisa terjadi? Pikiran pun berkecamuk, menuntut keadilan Sang Maha Adil.

Rasa seperti ini tak akan dialami oleh orang-orang yang di dalam hatinya memiliki iman yang kuat. Sebab, orang beriman bisa mengalahkan egonya. Ia mengimani ayat dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu."

Tersebutlah sebuah kisah karya ulama salaf di salah satu e-book, tentang seorang pemuda yang rajin sekali berkebun. Setiap hari, sebelum matahari terbit, ia sudah pergi ke ladang. Ia baru pulang ke rumahnya setelah matahari pergi ke belahan bumi yang lain.

Suatu ketika, setelah seharian bekerja di bawah terik matahari yang menyengat, ia beristirahat di bawah pohon besar. Pohon tersebut bernama Arbei. Akarnya kokoh, batangnya keras, rantingnya lebat, namun buah yang dihasilkannya kecil-kecil.

Sambil berteduh dibawah pohon arbei, pemuda tersebut memandang tanaman labu yang berbuah besar dan ranum. Ia termenung dan berpikir, "Mengapa pohon arbei sebesar ini hanya bisa menghasilakan buah yang kecil, padahal labu yang merambat di bawah dan mudah patah bisa menghasilkan buah yang besar?"

Angin kecil bertiup. Ranting arbei melambai-lambai saling bergesakan. Tiba-tiba…..

Sesuatu jatuh tepat di kepala pemuda tersebut. Ternyata itu buah arbei.

"Ah. Kurasa aku tahu sebabnya," pikir pemuda itu.

Bayangkan bila pohon arbei menghasilkan buah sebesar labu. Sudah tentu pemuda tersebut akan cedera. Masya Allah Tabaaraka ta'ala.  Rupanya karena kebijaksanaan, kelembutan, serta kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya, sang pemuda telah selamat dari musibah besar.

Allah Ta’ala tahu tabiat manusia lebih suka berteduh di bawah pohon yang besar. Karena itu, Allah mengatur sedemikian rupa sehingga pohon yang besar, buahnya kecil. Ini bentuk kebjiaksanaan dan kasih sayang Allah yang luar biasa kepada mahluk-Nya.

Allahu Akbar. Indahnya Islam. Sejuknya agama Allah. Setiap syariat-Nya menghendaki kebaikan pada penganutnya.

Hati orang beriman harus meyakini bahwa Allah Ta’ala menyimpan hikmah dari setiap takdir yang telah ditetapkan-Nya.  Boleh jadi, saat kita mendapatkan apa yang kita impikan, bukan bahagia yang kita rasa, justru petaka yang kita derita. Naudzubillah

Semoga kita dapat mengambil hikmah atas semua yang terjadi. Semoga kita bukan termasuk kelompok orang yang selalu terobsesi dengan hasil dunia yang terlihat menggoda namun sebenarnya fatamorgana. ***


(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir)