Senin, 15 Maret 2021

Kiat Kendalikan Amarah

Oleh: Nadila Sari ---

Mengendalikan amarah termasuk perbuatan yang amat terpuji dalam syari'at Islam. Sebagaimana dikutip dalam dakwahmanhajsalaf.com yang disampaikan Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah menyampaikan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala menyebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa, Allah menyebutkan salah satunya adalah:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

"Dan orang-orang yang menahan amarah dan suka memaafkan orang lain." (QS. Ali Imran: 134)

Saat seorang Sahabat meminta wasiat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dirinya, maka beliau hanya memberikan satu wasiat kepadanya dan beliau mengucapkannya secara berulang-ulang:

لَا تَغْضَبْ

"Jangan marah." [HSR. Bukhari no.6116]

Lalu seperti apakah langkah-langkah yang bisa kita lakukan agar kita bisa mengendalikan amarah kita. Berikut beberapa tata caranya:

1) Membaca ta'awudz.

Karena kemarahan itu datang dari setan, maka hendaknya kita membaca ta'awudz. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah (ta'awudz), sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui." (QS. Al-A'raf: 200)

2) Berdiam.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

"Bila salah seorang diantara kamu marah, diamlah." [HR. Ahmad no.2556. Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad 184, Shahih karena adanya jalur pendukungnya]

3) Berwudhu.

Dari Urwah As-Sa'di radhiallahu 'anhu berkata:

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

"Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." [HR. Ahmad no.17985 dan Abu Dawud no.4784]

Hadits ini diperselisihkan daerajatnya. Syaikh Al Albani rahimahullah mendha'ifkan hadits ini dalam beberapa kitabnya, seperti Dha'if Abi Dawud 4784, Dha'iful Jaami 1510, dan lain-lain. Namun, beberapa Ulama lain menghasankannya, seperti Syaikh Bin Baaz dalam Hasyiah Bulughul Maramnya 792, Al-Arna'uth rahimahullah dalam Takhrij Syarhus Sunnah 3583, dan lain-lain. 

Terlepas dari dha'if atau hasannya hadis di atas, tetap saja wudhu, paling tidak secara fisik dapat membikin fisik orang yang emosi bisa menjadi lebih dingin dan tentu akan bermanfaat untuk menurunkan terbakarnya tubuh akibat emosi.

4) Merubah posisi.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

"Apabila kalian marah dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaklah dia mengambil posisi berbaring." [HR. Abu Dawud no.4782. Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Abi Dawud no.4782, Shahih]

5) Mengingat besarnya keutamaan orang yang mampu mengendalikan emosinya.

Seperti yang terdapat pada ayat yang ana tampilkan di atas, dimana ciri orang bertaqwa adalah mampu menahan emosinya.

Juga sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:

مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ

"Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan." [HR. Abu Dawud no.4777. Kata Syu'aib Al-Arna'uth rahimahullah dalam Takhrih Al-Musnad 15637, Hasan].


(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir)