Penulis: Safira Hayuni |
Ada kesalahan yang kerap kita lakukan namun tanpa kita sadari. Yakni, menghina para pendosa. Padahal, belum tentu diri kita lebih baik darinya.
Boleh jadi ketika berada dalam kesendirian, kita justru banyak lalai dan berbuat dosa. Saat itu tak ada yang mengingatkan karena tak ada yang melihat kita.
Manusia tidak selalu baik dan tidak juga selalu buruk. Kadar keimanan manusia bisa naik dan bisa pula turun. Karena itulah para ulama menganjurkan kepada kita untuk selalu mengucapkan doa: Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbi 'alaa Diinik (Wahai Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu)
Di dalam kitab Intisari Arba'in An-nawawi karangan Yazid Bin Abdul Qadir Jawas disebutkan bahwa amal kebaikan seseorang tidak memastikan dirinya sebagai ahli surga, sebagaimana amal keburukan seseorang juga tidak memastikan seseorang sebagai ahli neraka.
Sebab, yang menentukan hal tersebut ialah akhir dari kehidupan seseorang. Bisa jadi seorang pendosa masuk surga dengan taubat dan amalan kebaikan yang ia lakukan menjelang akhir hayatnya. Begitu pun sebaliknya.
Jadi, dari pada lisan kita lelah menghina para pendosa, lebih baik bermuhasabah diri. Lihatlah apa yang kurang dalam diri kita. Setelah itu alangkah indahnya jika lisan kita dipakai untuk menasehati dan membimbing saudara kita yang tenggelam dalam kelalaian dan kesesatan.
Kemudian, iringilah selalu setiap keburukan dengan kebaikan sebagaimana firman, Allah Ta'ala dalam surat Hud [11] ayat 114, "Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah."
Manusia tempatnya salah dan lupa, baik disengaja maupun tidak. Mungkin saja lisan kita tak sengaja menyakiti hati orang tua, saudara, atau teman-teman kita. Perbanyaklah berbuat baik karena sudah menjadi janji Allah Ta'ala bahwa setiap kebaikan akan menghapuskan keburukan yang kita lakukan.
Jadi, ketika orang lain menganggap kita baik, itu berarti Allah Ta'ala masih menutupi aib kita, dan kita harus terus memperbaiki diri. Mari perbanyak istighfar serta hindarilah hal-hal yang tidak bermanfaat.
Kita tidak tahu kapan Allah Ta'ala akan mengambil nyawa kita. Alangkah ruginya bila nyawa kita diambil ketika kita sedang melakukan kemaksiatan. Nauzubillahi min dzalik. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)