Kamis, 04 Januari 2024

Muhasabah Orang Beriman

Penulis: Ibnu M Hawab |

Gagal dalam merencanakan sama halnya dengan merencanakan sebuah kegagalan. Ungkapan tersebut mungkin cocok untuk menggambarkan betapa pentingnya sebuah persiapan dalam suatu perbuatan. 


Setiap amalan hendaknya didahului oleh ilmu. Sebab, amalan yang tak berdasar ilmu yang benar, kerap menjadikan pelakunya terseret kepada menuruti syahwat (hawa nafsu) atau terjebak dalam syubhat (tidak yakin dan dilandasi keraguan).

Logikanya, jika segala urusan dunia butuh persiapan dan perencanaan, bagaimana dengan perkara akhirat? Tentunya ia lebih butuh persiapan. Amal-amal baik harus bisa kita lakukan dengan sempurna (ahsanu amalan) dan mampu istiqamah menjalaninya (adwamuhu). Tak heran, Imam al-Bukhari menyediakan pembahasan khusus yang diberi nama Bab al-Ilmu Qabla al-Qauli wa al-Amali.

Yang termasuk bagian penting dari perencanaan adalah muhasabah (evaluasi). Tentu saja muhasabah yang dimaksud di sini bukan hanya melulu dilakukan di akhir perbuatan seseorang layaknya Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dalam sebuah organisasi. 

la bukan pula evaluasi yang hanya dilakukan di akhir tahun sebagaimana terjadi di banyak perusahaan. Namun, muhasabah yang dimaksud di sini adalah evaluasi di setiap waktu. Mulai dari perencanaan di awal perbuatan, ketika sedang dikerjakan, hingga usai melaksanakan amalan tersebut. Hal ini dianggap penting untuk menjaga konsistensi daripada perbuatan yang dilakukan.

Mari kita kupas satu per satu. Pertama, muhasabah yang dilakukan sebelum seseorang beramal. Muhasabah ini bertujuan untuk memastikan keikhlasan hati dalam berbuat, sekaligus mengukur kemampuan diri terhadap pekerjaan tersebut. 

Kedua, muhasabah ketika sedang beramal. Hal ini agar niatan di awal tetap terjaga sambil mengukur progres amal baik yang dilakukan. 

Ketiga, muhasabah ketika usai beramal. Seorang muslim dianjurkan untuk muhasabah kembali. Sebagai evaluasi diri terhadap hasil yang telah dicapai dengan amalan itu. Apakah masih sejalan dengan niat pertama atau mengalami pergeseran?

Ahli tafsir, Abdurrahman Nashir as-Sa'di dalam Kitab Tafsir Taisir Karim ar-Rahman menyebutkan, muhasabah saat ini termasuk kebutuhan primer seorang mukmin. Dengannya, orang yang beriman itu bisa mengukur diri dan mengetahui perbuatan yang selama ini dilakukan. Amalan apa saja yang sudah dikerjakan sebagai persiapan menuju hari Akhirat? Sekiranya hal itu baik maka dengan muhasabah, niscaya ia semakin yakin untuk terus istiqamah dan meningkatkan kualitas kebaikan tersebut.

Sebaliknya, ketika mukmin itu mendapati perbuatannya melanggar syariat agama, lewat muhasabah, ia bisa berpikir sejenak. Ia kumpulkan nikmat-nikmat Allah yang begitu banyak tercurah padanya. Nikmat-nikmat tersebut tentu saja tidak sebanding dengan dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. Alhasil, ja menjadi malu kepada Allah Ta'ala untuk mengulang perbuatannya tersebut. 


Perjalanan Panjang Menuju Akhirat

Perjalanan menuju kampung akhirat adalah langkah yang panjang dan tidak sedikit. Perjalanan keimanan itu bermula sejak manusia dilahirkan dan berujung ketika kematian datang menjemput ajalnya kelak. 

Untuk itu, tak dipungkiri jika seorang muslim butuh bekal yang mencukupi. Sebab realitasnya, fasilitas dunia yang dinikmati saat ini tak sekadar menawarkan kebaikan dan keuntungan. Akan tetapi, juga menyelipkan godaan serta rayuan maut, menjadikan seseorang berpaling dari hidayah iman.

Di sinilah peran muhasabah atau evaluasi diri di atas. Ada masa di mana seorang muslim hendaknya menepi sejenak dari hiruk pikuk dunia dengan segala kesibukannya.

Di titik sunyi itu, ia lalu bertanya kepada dirinya sebagaimana ia juga yang harus menjawab semua soal yang ditanyakan. Setidaknya tentang arah dan tujuan yang ditempuh, benarkah rute yang sedang dijalani itu? Khawatir jika ternyata tanpa sadar, perjalanan itu mulai bias dan kian menyimpang melebar dari patokan yang sudah digariskan sebelumnya.

Lalu, apa yang telah disiapkan sebagai bekal perjalanan tersebut?
Allah Ta'ala berfirman,

بائها الذين أمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد
واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr [59]: 18) 

Senada, sahabat Umar bin Khaththab berkata: Hisablah diri-diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari akhirat) kelak.

Wallahu a'alam

(Penulis adalah redaktur Ihwal.net, naskah dikutip dari Buku Mutiara Iman Penggugah Jiwa karya Masykur)